PRESSIND, NGAWI I Petani di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, tengah dilanda kesulitan akibat anjloknya harga gabah dan melonjaknya biaya panen.
Salah satu petani di Kecamatan Padas, Watik, mengungkapkan bahwa harga gabah terus turun dalam beberapa hari terakhir.
“Harga gabah malah turun, bukan naik. Sementara biaya panen dengan mesin perontok (Kombi) semakin mahal. Petani sudah banyak yang terdampak, dan hari ini turun lagi Rp 200. Biaya Dos juga naik terus,” keluh Watik, Selasa (26/03/2024).
Dalam 3 hari terakhir, harga gabah turun dari Rp 6.300 menjadi Rp 6.000 per kilogram, dan diprediksi akan turun lagi Rp 200. Biaya panen pun semakin mahal.
Biaya Dos (mesin perontok padi) per 10 are mencapai Rp 700.000, dan Rp 7 juta per hektar. Biaya Combine (mesin panen padi) per 1 hektar mencapai Rp 2.500.000. Ditambah lagi biaya untuk mengangkut gabah dari sawah ke jalan, yang berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000 per sak.
Watik bersama petani lainnya mengeluhkan kebijakan pemerintah terkait harga gabah dan beras yang tidak memperhitungkan biaya operasional dan produksi.
“Kebijakan pemerintah seperti apa ini? Harusnya ada standar harga yang memberikan peluang bagi petani untuk merasakan keuntungan dari hasil panen mereka,” kata Watik.
Di lereng Lawu, Desa Ngrayudan, Kecamatan Jogorogo, harga gabah bervariasi antara Rp 5.700 – Rp 5.800 per kilogram, sedangkan harga gabah bawon Rp 6.000, menurut Yatno, salah satu petani di lereng Lawu.
Anjloknya harga gabah dan melonjaknya biaya panen ini merupakan masalah serius yang perlu segera diatasi oleh pemerintah. Petani membutuhkan solusi nyata untuk membantu mereka keluar dari situasi sulit ini.
Wartawan: Fatkhul Muanam Editor: Abdul Ghofar