PRESSINDO_NGAWI |Tanaman tembakau dikenal sebagai tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, sehingga ideal ditanam menjelang musim kemarau ketika tanah mulai mengering. Di Kabupaten Ngawi, musim tanam tembakau di dataran rendah biasanya dimulai pada bulan Juni hingga Juli, sementara masa panen diperkirakan berlangsung pada September hingga Oktober.
Hastanina Harimurti, Kepala Bidang Penyuluh Pertanian, menjelaskan bahwa tembakau tumbuh optimal saat kandungan air di tanah tidak terlalu tinggi. “Jika tembakau ditanam di musim dengan kadar air tinggi, daun tanaman akan mudah layu, yang pada akhirnya memengaruhi pertumbuhan dan kualitas hasil produksinya,” jelas Hastanina.
Lebihlanjut Ia menerangkan, Namun, perkembangan musim tanam kali ini mengalami gangguan. Pada akhir September, dilakukan monitoring lapangan di wilayah Ngawi, terutama di Kecamatan Karangjati, pasca-hujan lebat yang terjadi selama tiga hari berturut-turut. Hasil monitoring menunjukkan bahwa sekitar 40% tanaman tembakau di wilayah tersebut mengalami kelayuan daun yang cukup signifikan.
“Monitoring ini tidak hanya bertujuan untuk mengevaluasi dampak hujan, tetapi juga untuk memantau kondisi lapangan secara umum dan memberikan pendampingan kepada para petani. Hastanina menambahkan, pihaknya terus berupaya memotivasi petani agar tetap semangat dalam meningkatkan produksi di tengah tantangan cuaca yang tidak menentu.” Bebernya.
_Diharapkan, dengan pendampingan yang tepat, petani dapat mengatasi masalah ini dan terus menjaga kualitas tembakau hasil produksi Kabupaten Ngawi.” Pungkasnya.
Wartawan: Kandim Editor: A Febri TH