PRESSINDO_NGAWI | Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono, bersama masyarakat Desa Widodaren, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, menggelar tradisi Methil di Lahan persawahan Bulak Ombo, Sabtu, 13/7. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas panen padi yang melimpah dan pelestarian budaya lokal.
“Methil ini merupakan ungkapan rasa syukur atas nikmat rejeki berupa hasil panen yang melimpah,” ujar Bupati Ony. Beliau berharap tradisi ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan mempererat rasa guyub rukun di Kabupaten Ngawi.
Seperti diketahui, Lebih dari sekadar panen, Methil sarat makna filosofi Jawa. Tradisi ini melambangkan rasa syukur, penghormatan alam, solidaritas, dan pelestarian budaya.
Methil menjadi pengingat manusia atas ketergantungannya pada alam. Petani melalui tradisi ini menunjukkan rasa syukur atas kesuburan tanah, air, dan sinar matahari yang memungkinkan panen padi berlimpah.
Mereka juga mengakui peran Dewi Sri, sang Dewi Padi, atas hasil panen yang melimpah. Tradisi ini selaras dengan konsep “manunggaling kawula Gusti” dalam filosofi Jawa, yaitu penyatuan manusia dengan Tuhan. Methil menjadi media untuk menyelaraskan diri dengan alam dan mengucap syukur atas ciptaan Tuhan.
Methil tidak hanya dilakukan oleh individu, tetapi juga secara bersama-sama oleh masyarakat desa. Hal ini menunjukkan nilai solidaritas dan gotong royong yang tinggi dalam budaya Jawa.
Tradisi ini juga menjadi upaya pelestarian budaya lokal. Methil diwariskan dari generasi ke generasi dan menjadi identitas bagi masyarakat Ngawi.
Kepala Desa Widodaren, Woko Supriyanto, menyampaikan harapannya agar tradisi Methil dapat terus dilestarikan. Beliau juga mengajak masyarakat untuk menjaga kelestarian alam agar panen padi selalu berlimpah.
Methil merupakan warisan budaya yang berharga dan patut dilestarikan. Tradisi ini tidak hanya tentang rasa syukur atas panen, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur yang penting untuk ditanamkan dalam kehidupan bermasyarakat.
Wartawan: Fatkhul Mu'anam Editor: A Febri T.H